#1 — 30 Days Writing Challenge : My Personality

Jadi aku menemukan daftar panjang topik untuk tantangan menulis selama tiga puluh hari. Pada hari pertama, topiknya adalah kepribadianku.

Pencil Patron
2 min readApr 28, 2022

Sepertinya topik soal kepribadian selalu buat bingung. Sama seperti pertanyaan : apa kelebihanmu? apa kekuranganmu?

Model pertanyaan yang selalu sukses membuatku mengulas perjalanan hidupku yang amburadul selama dua puluh lima tahun ini. Biasanya diakhiri dengan perasaan menciut karena sesungguhnya aku belum bisa menjelaskan siapa aku ini. Seandainya aku adalah novel, aku belum punya premise yang kuat.

Biarkan aku mencoba, sebentar.

Aku orang yang pendiam, tidak suka tampil di depan umum tapi aku suka mendengarkan cerita-cerita pembicara yang menarik. Aku seorang team-player yang handal, kemampuan decision-making-ku masih belum tangkas-tangkas banget tapi aku pandai mengumpulkan data yang akan digunakan untuk proses pengambilan keputusan.

Berani aku bilang, aku punya kadar toleransi yang tinggi. Kamu, ya, kamu. Aku, ya, aku. Aku siap menjadi buruk, menjadi jelek, menjadi tidak ahli karena itu memberiku kebebasan untuk terus belajar dan jadi lebih baik. Aku ini, ya, selalu bilang bahwa aku menulis cerita-cerita jelek sampai jadi bagus. Ya, karena aku berpikir begitu, tidak apa-apa jadi jelek sementara selama bisa belajar lagi.

Tapi, aku ini penakut. Susah lepas dari zona nyaman. Aku sering menggantungkan harga diri dan kebanggaan diri pada objek lain; orang, benda, momen, semacamnya. Aku masih belajar mengatasi ini.

Aku pendengar yang baik, tukang observasi yang handal. Aku juga lebih pandai membaca konteks situasi dan bertingkah sesuai dengan kondisinya. Aku fleksibel.

Aku suka belajar. Oh, ini bukan tipe belajar yang kita lakukan di sekolah. Aku suka melihat hal-hal baru. Aku benci ujian, karena selama sekolah ujian selalu mengkerdilkan semua informasi yang aku dapat dari buku menjadi pilihan-pilihan ganda atau soal essai. Aku suka praktik.

Kadang, aku suka menyendiri tapi kadang aku ingin sendirian di tempat ramai. Aku susah sekali berbaur dan menemukan topik percakapan yang baru. Aku masih cari-cari buku tentang cara berkomunikasi yang baik agar bisa membaur lebih baik.

Jika marah besar, aku meledak.

Ini saja dulu.

Kalau dipikir-pikir lagi, pada penjelasan pertama, aku menjelaskan siapa aku seperti sedang bicara dengan seorang staff HRD di wawancara kerja. Mungkin karena belakangan ini, itulah yang aku pusingkan. Bahwa, karier ini hanya mediokor dan aku tidak berkontribusi apa-apa atau… aku ini tidak punya keahlian spesifik.

Mungkin begini dulu, nanti aku buat lagi.

--

--

Pencil Patron

reader and learner who writes short stories|| find me on IG : @patronpen